Sabtu, 20 April 2013

Berpikir dan Bertingkah Seperti Anak-Anak


Rintik hujan kian lebat terlihat berjatuhan dari langit, bagai lemparan kerikil yang dilempar jika tetesan itu mengenai muka. Sosok anak kecil terlihat sedang asyik bermain menikmati butiran-butiran hujan dengan wajah riangnya. Tangan yang diulurkan kedepan seolah ingin menampung jutaan hujan yang turun. Entah apa yang ada dipikiran anak itu, namun senyum manisnya yang sesekali diikuti tawa riangnya membuatnya menghiraukan yang ada disekelilingnya.
Lihatlah si anak kecil yang mungil itu, ia menganggap hujan yang turun merupakan rejeki yang diberi Tuhan untuk membasahi tanah yang sudah dua minggu ini terasa mengering. Dan cobalah berpikir buakankah itu memang adalah sebuah rejeki yang kita terima dari Tuhan? Tentu, itu merupakan rejeki dan karunia yang diberikan Tuhan untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan kita.
Di zaman yang serba mendesak ini, di zaman yang selalu menuntut untuk bekerja lebih cepat dan lebih keras ini, terkadang kita sebagai manusia dewasa berpikir lebih kekanak-kanakan daripada anak-anak itu sendiri. Anggaplah kegiatan dan pekerjaan kita itu sama dengan kegiatan bermain anak-anak. Bukankah ketika hujan turun, anak-anak yang tadinya ingin bermain guli, layangan, serta permainan lainnya juga terhalang. Seperti halnya dengan kita, mereka tentunya juga merasa kecewa, namun yang mereka lakukan bukanlah mengeluh melainkan mencoba permainan lain yang tidak dapat diganggu oleh kehadiran hujan.
Menghadapi kehidupan adakalanya kita untuk bersikap lebih kekanak-kanakan dengan lebih menikmati keadaan yang sedang kita alami. Perhatikan Si Gadis Kecil itu meskipun ia tidak dapat berlari-lari di halaman rumah, namun ia mencoba untuk melakukan sesuatu hal sehingga hari-hari menyenangkannya tidak terganggu.
Begitulah seharusnya yang kita lakukan, ketika dalam perjalanan hidup kita tertahan oleh gangguan-gangguan yang ada disepanjang jalan. Jadikanlah pemberhentian yang sejenak itu sebagai waktu penyusun strategi untuk menempuh perjalanan selanjutnya, bukan sebaliknya dengan adanya hambatan tersebut lalu kita menyerah hingga terhenti dan membusuk di pertengahan jalan menuju mimpi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar