ktk malam dtg bersama keheningan
tak mampu lg ku kendalikan hati
bayangmu & smua tentang mu tak dapat terlupa
tak tahu sampai kapan kan terus begini
mungkin ku terlalu hina
terlalu sulit tuk di cintai
kakipun semakin ragu tuk mlangkah
dan hati kian sulit percaya
adakah jalan terang
yg kan ku tmpuh menuju akhir nanti
agar ku yakin ku pantas ada disini
melangkah perlahan dr dasar ketakutan ni
Mata Sang Jelata
Sekedar berbagi cerita
Kamis, 02 Mei 2013
Sabtu, 20 April 2013
Berpikir dan Bertingkah Seperti Anak-Anak
Rintik hujan kian lebat terlihat
berjatuhan dari langit, bagai lemparan kerikil yang dilempar jika tetesan itu
mengenai muka. Sosok anak kecil terlihat sedang asyik bermain menikmati
butiran-butiran hujan dengan wajah riangnya. Tangan yang diulurkan kedepan
seolah ingin menampung jutaan hujan yang turun. Entah apa yang ada dipikiran
anak itu, namun senyum manisnya yang sesekali diikuti tawa riangnya membuatnya
menghiraukan yang ada disekelilingnya.
Lihatlah si anak kecil yang mungil
itu, ia menganggap hujan yang turun merupakan rejeki yang diberi Tuhan untuk
membasahi tanah yang sudah dua minggu ini terasa mengering. Dan cobalah
berpikir buakankah itu memang adalah sebuah rejeki yang kita terima dari Tuhan?
Tentu, itu merupakan rejeki dan karunia yang diberikan Tuhan untuk memenuhi
kebutuhan dan keperluan kita.
Di zaman yang serba mendesak ini,
di zaman yang selalu menuntut untuk bekerja lebih cepat dan lebih keras ini,
terkadang kita sebagai manusia dewasa berpikir lebih kekanak-kanakan daripada
anak-anak itu sendiri. Anggaplah kegiatan dan pekerjaan kita itu sama dengan
kegiatan bermain anak-anak. Bukankah ketika hujan turun, anak-anak yang tadinya
ingin bermain guli, layangan, serta permainan lainnya juga terhalang. Seperti
halnya dengan kita, mereka tentunya juga merasa kecewa, namun yang mereka
lakukan bukanlah mengeluh melainkan mencoba permainan lain yang tidak dapat
diganggu oleh kehadiran hujan.
Menghadapi kehidupan adakalanya
kita untuk bersikap lebih kekanak-kanakan dengan lebih menikmati keadaan yang
sedang kita alami. Perhatikan Si Gadis Kecil itu meskipun ia tidak dapat
berlari-lari di halaman rumah, namun ia mencoba untuk melakukan sesuatu hal
sehingga hari-hari menyenangkannya tidak terganggu.
Begitulah
seharusnya yang kita lakukan, ketika dalam perjalanan hidup kita tertahan oleh
gangguan-gangguan yang ada disepanjang jalan. Jadikanlah pemberhentian yang
sejenak itu sebagai waktu penyusun strategi untuk menempuh perjalanan
selanjutnya, bukan sebaliknya dengan adanya hambatan tersebut lalu kita
menyerah hingga terhenti dan membusuk di pertengahan jalan menuju mimpi kita.
Mata Si Anak Manis
Selintas
Mata indahmu membara
Hendak memburu segala cahaya yang
tampak
Ingin terbuka tak ingin tuk
berkedip
Apa yang engkau lihat?
Wahai mata kecil nan mungil
Sinar kelabukah yang terlihat
Atau cahaya benderang, yang ingin
kau temui
Adakah dustah pancaran yang kau
terima
Atau sinar kejujuran hilangkan
kelam dunia
Hingga tak terlihat kelam semesta
Di matamu
Harapan Rojak
“Hari ini kita belajar mengenai
cita-cita. Kalian sudah tahukan cita-cita kalian anak-anak?” teriak guru
sekolah dasar dengan senyuman manis mengiringinya.
“baik, ibu guru akan menanyakan
cita-cita kalian satu persatu. Dimulai dari Sonya, Sonya apa cita-cita kamu
nak?” Tanya ibu guru muda itu. “Dokter bu!” ucap siswa imut itu. Satu persatu
siswa kelas 2 sekolah dasar itu telah mengungkapkan cita-citanya masing-masing.
Mimpi mereka sesuai dengan usia mereka, terdiri dari dokter, aparat, dan guru.
Hingga tibalah saatnya Rojak ditanya, “kamu rojak, apa cita-cita kamu jika
besar nanti?” Tanya guru Chintya dengan lembut.
Terdiam sejenak lalu Rojak menjawab
dengan suara pelan dan malu-malu, “aku ingin jadi pelawak bu!”
“Kenapa kamu mau jadi pelawak
Rojak”, Tanya ibu Rina kembali.
Anak itu kembali terdiam lalu,
“abis pelawak lucu bu, mama dan papa selalu tertawa bareng kalau kami lagi
nonton lawak di tv. Cuma pelawak yang bisa buat mama dan papa ketawa bu.” Jawab
rojak dengan polosnya.
Mendengar jawaban Rojak, Ibu Rina
yang tahu betul keadaan keluarga rojak yang bisa dikatakan broken home hanya
terdiam dan merenungi betapa tulus Anak itu bicara.
Coba kita simak kisah si Rojak dan
Impiannya diatas, ada banyak anak-anak generasi penerus di negeri ini bahkan di
sekeliling kita yang seperti mendapat hukuman berat atas kesalahan yang bukan
mereka perbuat. Hukuman itu adalah ketidak rukunan keluarga yang harus mereka
rasakan.
Selasa, 16 April 2013
Buat Bumi Tersenyum
hembusan angin tak lagi terasa
rintik hujan yg murni
warna-warna indah pelangi
...kini seakan telah sirnah...
indahnya susunan pepohonan
tiada lagi terlihat oleh mata ini
sinaran matahari
kini gosongkan seluruh kulitku
semua telah musnah
hilang ditelan zaman yang tak terkendali
bumi yg tersenyum indah
kini menangis seakan menanti kematian
kini disini, di tempat ku ini
hanya ada batu-batuan yg menculam tinggi
logam-logam gantikan keindahan duniaku
dan debu telah tutupi setiap jalanan
ingin ku jaga dan ku kembalikan
semua yang ada sekarang menjadi seperti dahulu
sucikan setiap napas yang dihirup
beningkan mata air untuk hentikan dehidrasi
tapi ku takkan sanggup
ku tak sanggup lakukan ini sendiri
kubutuh kau dan semua manusia di bumi
menjaga dan buat bumi tersenyum kembali
pegang tanganku dan satukan langkah kita
berjalan menujuh dunia yang baru
agar semua kita dapat berteduh dibumi indah ini
tersenyum bersama tuk selamanya
rintik hujan yg murni
warna-warna indah pelangi
...kini seakan telah sirnah...
indahnya susunan pepohonan
tiada lagi terlihat oleh mata ini
sinaran matahari
kini gosongkan seluruh kulitku
semua telah musnah
hilang ditelan zaman yang tak terkendali
bumi yg tersenyum indah
kini menangis seakan menanti kematian
kini disini, di tempat ku ini
hanya ada batu-batuan yg menculam tinggi
logam-logam gantikan keindahan duniaku
dan debu telah tutupi setiap jalanan
ingin ku jaga dan ku kembalikan
semua yang ada sekarang menjadi seperti dahulu
sucikan setiap napas yang dihirup
beningkan mata air untuk hentikan dehidrasi
tapi ku takkan sanggup
ku tak sanggup lakukan ini sendiri
kubutuh kau dan semua manusia di bumi
menjaga dan buat bumi tersenyum kembali
pegang tanganku dan satukan langkah kita
berjalan menujuh dunia yang baru
agar semua kita dapat berteduh dibumi indah ini
tersenyum bersama tuk selamanya
Langganan:
Postingan (Atom)