Rintik hujan kian lebat terlihat
berjatuhan dari langit, bagai lemparan kerikil yang dilempar jika tetesan itu
mengenai muka. Sosok anak kecil terlihat sedang asyik bermain menikmati
butiran-butiran hujan dengan wajah riangnya. Tangan yang diulurkan kedepan
seolah ingin menampung jutaan hujan yang turun. Entah apa yang ada dipikiran
anak itu, namun senyum manisnya yang sesekali diikuti tawa riangnya membuatnya
menghiraukan yang ada disekelilingnya.
Lihatlah si anak kecil yang mungil
itu, ia menganggap hujan yang turun merupakan rejeki yang diberi Tuhan untuk
membasahi tanah yang sudah dua minggu ini terasa mengering. Dan cobalah
berpikir buakankah itu memang adalah sebuah rejeki yang kita terima dari Tuhan?
Tentu, itu merupakan rejeki dan karunia yang diberikan Tuhan untuk memenuhi
kebutuhan dan keperluan kita.
Di zaman yang serba mendesak ini,
di zaman yang selalu menuntut untuk bekerja lebih cepat dan lebih keras ini,
terkadang kita sebagai manusia dewasa berpikir lebih kekanak-kanakan daripada
anak-anak itu sendiri. Anggaplah kegiatan dan pekerjaan kita itu sama dengan
kegiatan bermain anak-anak. Bukankah ketika hujan turun, anak-anak yang tadinya
ingin bermain guli, layangan, serta permainan lainnya juga terhalang. Seperti
halnya dengan kita, mereka tentunya juga merasa kecewa, namun yang mereka
lakukan bukanlah mengeluh melainkan mencoba permainan lain yang tidak dapat
diganggu oleh kehadiran hujan.
Menghadapi kehidupan adakalanya
kita untuk bersikap lebih kekanak-kanakan dengan lebih menikmati keadaan yang
sedang kita alami. Perhatikan Si Gadis Kecil itu meskipun ia tidak dapat
berlari-lari di halaman rumah, namun ia mencoba untuk melakukan sesuatu hal
sehingga hari-hari menyenangkannya tidak terganggu.
Begitulah
seharusnya yang kita lakukan, ketika dalam perjalanan hidup kita tertahan oleh
gangguan-gangguan yang ada disepanjang jalan. Jadikanlah pemberhentian yang
sejenak itu sebagai waktu penyusun strategi untuk menempuh perjalanan
selanjutnya, bukan sebaliknya dengan adanya hambatan tersebut lalu kita
menyerah hingga terhenti dan membusuk di pertengahan jalan menuju mimpi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar